“CerpeN_ayuhaii”

Posted On April 14, 2009

Disimpan dalam yG Laen"

Comments Dropped leave a response

” BeLajar Dari KesalaHan “

By : Ayu khaiRuniSya

Belajar dari Kesalahan
By : Ayu khairunisya

Loncenga tanda proses belajar akan dimulaipun suudah dibunyikan. Anak-anak yang mengenakan seragam biru putih segera berbbaris di depan kelas masing-masing.Disebuah sudut kelas paling belakang tampak Indri yang sedang asyik tanpa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan. Indri begitu berubah, padahal ia dulu dikenal sebagai anak yang baik dan sangat menghormati guru terlebih ketika guru sedang  menjelaskan.Tetapi sekarang ia lebih memilih untuk Sms-an dikelas daripada harus meperhatika guru yang sedang menerangkan. Begitulah ia setiap harinya, akibatnya Indri mendapatkan nilai yang paa-pasan dan selalu tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.Indri tetap cuek seakan tidak merasakan perubahan buruk yang terjadi pada dirinya. Jika ia disuruh belajar oleh ibunya, Indri bergegas mambuka buku tetapi dibawah buku tersebut ada sahabat setianya yaitu handphone miliknya. Ibunya juga pernah beberapa kali memergokinya dan langsung menasehatinya, begitu juga dengan ayahnya. Padahal jika dirumah Ayah dan Ibunya selalu mengontrol indri dan adiknya agar mereka menjadi anak yang baik.Tetapi sepertinya sulit untuk menyadarkan Indri karena emosinya masi labil.
Satu tahun Indri bersikap acuah terhadap pelajaran,Hingga tibalah pembagian raport kenaikan kelas. Setelah indri melihat hasil-nya ia sangat sedih nlai yang didapat jauh menurun dari yang semester sebelumnya, walaupun tidak ada merah tapi tidak biasanya indri mendapat nilai yang pas-pasan. Kesedihan itu pun bertambah ketika ia sampai dirumah lalu memberikan raport itu kepada ibunya betapa kecewa hati ibunya. Hati indri mulai terketuk, penyesalan mulai datang , ia mengingat kenakalan-kenakalan yang telah ia lakukan sambil meneteskan air mata. Tiba-tiba Hp milik indri berbunyi memecahkan renungannya, ia mengambil ternyata yang menelfon adalah Fadil sang pacar yang ingin menanyakan hasil raportnya. Indri tidak menjawab hanya saja mereka berjanji akan melihat sunset di dermaga dekat rumah indri.
Hari pun mulai sore Indri pergi kedermaga disitu ia telah melihat Fadil yang sudah datang. “Gimana nilai raport mu ?” Tanya Fadil, indri terdiam dan kemuaian sedikit bersuara “jelek, aku menyesal tidak pernah mau mendengar nesehat ayah,ibu, dan kamu”. Fadil tidak pernah tega melihat kesedihan yang ada pada indri dan tidak mau melihat indri menjadi anak nakal, maka dari itu Fadil selalu memberika masukan dan semangat. Saat matahari sudah terbenam Fadil berkata “ Indri belum terlambat untuk kamu berubah, belajarlah memperbaiki kesalahan yang telah kamu lakukan. Sekarang kamu sudah kelas tiga berfikirlah lebih dewasa, kalau kamu sayang sama orang tuamu dan aku, teruslah berusaha untuh membuktikanya.” Indri langsung menjawab makasih ya atas nasehatmu  kamu memang orang yang sangat berarti dan selalu memberikan aku semangat“. Fadil menyalakan motornya bergegas untuk pulang dari kejauhan ia berkata “Sukses ya say”.

Indripun pulang kerumahnya, ia masih segan untuk menatap wajah kedua orang tuanya karena nilai rapot yang turun itu. Indri selalu termenung, disela-sela renungannya terdapat tekad yang begitu kuat yaitu “aku harus berubah menjadi yang lebih baik, aku nggak mau jadi anak yang nggak berguna” itulah hal yang selalu ditekadkan Indri.
Dua minggu telah berakhir dan Indri harus kembali bersekolah dengan kelas yang baru. Langkah pertama yang diambilnya adalah memilih untuk duduk dibangku depan dengan alasan supaya dia lebih kosentrasi. Indri tampak bersungguh-sungguh, walaupun sesekalli ia juga tergoda untuk mengulangi kesalahanya tapi selalu ia tepiskan niat itu. Tidak mudah untuk ia berubah terkadang ada saja rintangan yang harus ia lawan. Untungnya niat Indri sudah benar-benar bulat jadi ia mampu megalahkan gangguan yang ada. Indri begitu berubah, tidak seperti yang dulu jauh lebih baik, teman-teman disekitarnyapun selalu mendukung. Ia kini selalu memperhatikan guru, membuat tugas yang diberikan dengan baik. Indri tersadar kalau ada keinginan dan usaha semua akan tercapai. Fadil sangat mendukung usaha indri,begitu juga orang tuanya. Mereka tak pernah bosan untuk mengingatkan indri belajar.
Indri mulai mengatur kapan ia harus belajar, bermain,dan tidur. Pelajaran tentang agamapun tak pernah lupa ibu indri berikan  untuk anaknya, hal itu dilakukan agar Indri juga dekat kepada tuhanya. Setelah shalat magrib Indripun belajar dan mengerjakan PR, dia mempunyai catatan khusus untuk PR dan ulangan yang selalu dibuka sebelum belajar.Fadil setiap malam selalu mengirimkan sms “jangan menyerah usaha terus demi kamu,aku, dan masa depanmu”. Indri sangat beruntung orang disekitarnya sangat mendukung keinginannya. Indri mempunyai Teman-teman yang baik, Ibu dan ayah yang selalu perhatian, Fadil yang selalu mengerti dia.
Ternyata usaha Indri untuk berubah tidak sia-sia. Indri sudah hampir 6 bulan dikelas tiga, dia akan menerima raport hasil belajarnya selama satu semester. Saat itu perasaan indri sangat takut, ia takut akan mengecewakan ibu dan ayahnya lagi. Pagi iitu sekolah Indri telah dipadati dengan orang tua wali murid yang ingin mengambil raport anaknya, termasuklah disitu ayah indri. Saat-saat seperti itu memang ditunggu oleh murid-murid, akhirnya lonceng tanda berbaris dibunyikan semua murid berkumpul dilapangan untuk mendengarkan pengumuman juara kelas. Semua murid tampak gembira termasuk Indri karena teman-teman indri juga ada yang mendapat juara.
Pengumuman telah selesai semua murid mulai berkumpul didepan kelas untuk menunggui orang tuanya yang mengambil raport mereka. Sekarang giliran Indri, jantung idri berdebar sangat kencang ia gugup dan takut kalau nilai raportnya jelek, ditambah lagi ibunya yang menelfon dan mengabarkan adiknya mendapat juara 1 dikelas. Indri berkata didalam hatu “Aduh mati aku kallau raport ku jelek, radit mendapat peringkat 1 pasti ibu sayang sekalli sama dia. Huh pasti dia dapetin deh playstasion keinginannya, dan aku gak dapat motor baru”.

Ayah Indri keluar dan mengejutkan lamunan indri, jatungnya sudah berdebar-debar. Ia memberanikan bicara “a. . . ayah gimana raport Indri, jelek ya yah ?” ayah indri menjawab “nanti saja dilihat dirumah sama-sama ibu, sekarang kita pulang dulu”. Diperjalanan yang ada di fikiran indri hanya cepat sampai kerumah dan siap-siap diomelin. Lima menit kemudia Indri sampai dirumah disitu sudah ada ibu dan adiknya yang menunggu. Setelah raport Indri dibuka oleh ayahnya, betapa senangnya ia dan ibunya. Hasilnya tidak sia-sia nilainya jauh meningkat dibandingkan sebelumnya, Indri berkata “ye . . .  asyik usahaku berhasil, Ibu raportku tidak ada angka enam, berarti ayah jadi dong beliin hadiah ulang tahunku motor baru ?”. Ayahnya indri menjawab “Ia deh apa sih yang nggak buat anak ayah cewek ayah yang ini.” Nilai raport indri sangat memuaskan hatinya walaupun tidak mendapat juara tapi setidaknya usaha berhasil. Indri sangat bersyukur dang bangga karena nilainya sangat baik dan hasil itu adalah usaha kerasnya tanpa mencontek. Ibunya bilang “Indri boleh senang kalau nilai raport ini nilai indri tanpa mencontek. Indri gak boleh mudah puas ya tingkatin lagi nilai indri dan jangan lupa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.” Indri menjawab “ Ia ibu, Indri akan berusaha lagi untuk yang akan datang dan Indri janji shalat indri gak bilong-bolong lagi”. Ibu indri tersenyum dan berkata “ Begitu dong anak Ibu ”

Tinggalkan komentar